KESEPAKATAN KELAS UNTUK MEMULAI BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH_GURU PENGGERAK



Menurut Ki Hadjar, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat. Dengan demikian, pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Oleh karena itu, kemerdekaan menjadi isu kritis dalam Pendidikan karena menyangkut usaha untuk memerdekakan hidup lahir dan hidup batin manusia agar manusia lebih menyadari kewajiban dan haknya sebagai bagian dari masyarakat sehingga tidak tergantung kepada orang lain dan bisa bersandar atas kekuatan sendiri. Oleh karena itu untuk terwujudnya tujuan pendidikan tersebut diperlukan profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME. kebhinekaan global, bergotong royong, kratif, bernalar positif, dan mandiri. Kita sebagai pendidik harus mengetahui posisi control guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak kepada murid semua aspek tersebut harus dimiliki oleh seorang guru terutama calon guru penggerak.

Selama ini hukuman merupakan bentuk pembelajaran disiplin bagi murid bagi seorang guru, padahal hukuman menmpunyai arti berbeda. Hukuman adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku Secara umum hukuman dalam hukum adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan yang berpengaruh untuk karakter peserta didik dan tidak bagus untuk psikologis anak. Disiplin Positif adalah sebuah pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan murid untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang bertanggung jawab, penuh hormat, dan kritis. Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang dewasa (termasuk orangtua, guru, penyedia penitipan anak, pekerja muda, dan lainnya).

Disiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement) untuk mempromosikan perilaku yang baik. Hal ini melibatkan memberikan siswa-siswi pedoman yang jelas untuk perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh kembang mereka.

Upaya untuk membangun budaya positif disekolah guru harus bekerja sama dengan kepala sekolah serta orang tua yaitu dengan sebagai guru harus memiliki peran kunci dalam pengembangan disiplin positif dengan menciptakan ruang kelas yang berpusat pada peserta didik, Melibatkan dan bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif. Kepala sekolah harus memastikan para guru dan staf mendapatkan dukungan dalam menerapkan disiplin positif di sekolah serta Mendukung dan mengawasi keterlibatan orangtua dalam menerapkan disiplin positif. Dan orang tua menciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman sehingga dapat menerapkan disiplin positif yang konsisten dan berpartisipasi dalam pertemuan sekolah dan memiliki hubungan baik dengan guru untuk mendukung pendekatan disiplin positif

Oleh karena itu diperlukan guru harus sebagai manager dalam menerapkan budaya positif disekolah. Budaya positif dikelas bisa dikembangkan dengan membuat kesepakatan kelas dimana langkah-langkahnya sudah disebutkan di Demonstrasi Kontekstual – Menerapkan Budaya Positif Rencana pengembangan diri. 


MENYUSUN KESEPAKATAN KELAS

            Kegiatan awal saya adalah membuat grup kelas baru.           

Gambar 1. Grup



                        Pagi ini, Kamis 24 Juni 2021 tepatnya pukul 08.00 kami mengadakan diskusi virtual dengan google meet. 

Gambar 2. Dokumentasi diskusi virtual

Tujuan diskusi kami adalah menyusun kesepakatan kelas. Diskusi kami diawali dengan salam umat, berdoa, kemudian saling menanya kabar. Saya menjelaskan visi mewujudkan murid mandiri dan berakhlak mulia. Saya bertanya kepada murid, pembelajaran yang diinginkan murid. Murid menjawab “saya ingin belajar yang menyenangkan, yang seru, belajar yang menarik bu” kemudian kami bertukar pikiran terkait harapan kami terhadap kelas pada satu tahun kedepan. Untuk mewujudkan pembelajaran yang diharapkan murid, saya bertanya “anak-anak apa yang harus kita tentukan untuk dilaksanakan supaya kita bisa mewujudkan kelas impian kita?. Mulai dari supaya sopan anak-anak saat mulai kelas belajar harus bagaimana? Ega menjawab “memberi salam kepada bu guru”. Saya mengapresiasi pendapat Ega dengan memberi tepuk tangan kemudian menjawab dengan melengkapi “bagus Ega, selain salam kita juga harus 5S2TM. Kemudian kesepakatan pertama saya tuliskan pada  jamboard. Selanjutnya saya melanjutkan dengan bertanya, apakah kita perlu disiplin?, kedisiplinan apa yang harus kita laksanakan?”, pertanyaan saya dijawab dengan lugas oleh Intan ”online di grup tepat waktu bu dan kumpulkan tugas tidak boleh terlambat”. Saya apresiasi dengan tepuk tangan. Begitu seterusnya sampai akhirnya kami memiliki delapan kesepakatan.

Gambar 3. Kesepakatan pada Google Jamboard

LINK JAMBOARD_KESEPAKATAN KELAS

            Kemudian saya mengajak murid  untuk berkomitmen melaksanakan kesepakatan tersebut sebagai budaya positif di kelas. Komitmen kami tuangkan dengan persetujuan kontrak melaksanakan kesepakatan sebagai budaya positf.

Gambar 4. Komitmen Guru dan Murid pada Google Jamboard

            Dengan menyusun dan berkomitmen melaksanakan kesepakatan kelas sebagai budaya positif di kelas, makan kami akan melaksanakan budaya positif dengan tanggung jawab dan motivasi dari dalam diri. Saya juga membuat kesepakatan ini dalam bentuk poster, yang nantinya akan saya tempel di kelas bila seandainya sekolah tatap muka berlangsung.

Gambar 5. Budaya Positif di Kelas (Poster)


REFLEKSI
Setelah menerapkan kesepakatan kelas, murid dan guru sama-sama memiliki motivasi intrinsik dalam mewujudkan budaya positif, dengan disiplin positif yaitu pelaksanaan tanpa hukuman serta imbalan, dapat menjadikan warga sekolah memiliki motivasi internal dari dirinya masing-masing untuk mewujudkan budaya positif.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prakarsa Perubahan dengan ATAP